Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Agroindustri Pertanian Sebagai Sumber Pakan Sapi Potong
Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Agroindustri Pertanian Sebagai Sumber
Pakan Sapi Potong
“Tidak ada strategi dan
komposisi pakan terhebat yang dapat diharapkan pada semua sistem usaha
peternakan sapi potong yang tersebar di berbagai lokasi usaha, yang terhebat adalah
strategi untuk mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi
produk ekonomis yang aman, sehat, utuh, dan berkualitas” dari peryataan
diatas dapat diambil kesimpulan komposisi pakan yang hebat di suatu daerah
belum tentu hebat juga di daerah lain,komposisi pakan yang bagus di terapkan di
farm satu belum tentu bagus juga diterapkan di farm lain, karena komposisi
pakan yang masuk criteria bagus/hebat harus dinilai dari beberapa aspek,baik
aspek kualitas, ekonomis, kuantitas, kontinuitas dari bahan-bahan penyusun
komposisi pakan tersebut,yang sudah barang tentu berbeda antara daerah satu
dengan yang lain, farm satu dengan yang lain.
Untuk tumbuh secara optimal ternak sapi
memerlukan pakan tambahan yang mengandung nutrien dan bernilai ekonomis yang
tinggi seperti bungkil kedelai, tepung ikan, jagung, produk samping gandum/
polar dan beberapa pakan tambahan seperti mineral dan vitamin. Sebagian besar
bahan-bahan tersebut masih diimpor dengan harga yang cukup mahal. Oleh arena
itu, perlu diupayakan alternatif penyediaan dan penggunaan bahan pakan lokal
secara optimal.
Pemanfaatan
sumber bahan pakan disekitar kita adalah solusi yang paling tepat untuk
menciptakan komposisi pakan yang terbaik untuk peternakan sapi kita, apalagi
sumber bahan tersebut selama ini di anggap limbah belum terpakai, terbuang
percuma, dan secara ekonomis tidak/kurang berharga. Limbah pertanian dan
Agroindusti pertanian di sekitar kita merupakn sumber bahan pakan yang masih
belum termanfaatkan secara maksimal. Limbah pertanian dan dan agroindustri
pertanian memiliki potensi yang besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia,
limbah yang memiliki nilai nutrisi relatife tinggi digunakan sebagai pakan
sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai
nutrisi relative rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat.
Kendala dalam memanfaatkan bahan pakan lokal
diantaranya tidak adanya jaminan keseragaman mutu dan kontinuitas produksi,
disamping itu jumlah produksi bahan pakan lokal pada umumnya bersekala kecil dan
lokasinya terpencar. Pakan lokal selalu dikaitkan dengan harga murah. Beberapa
hal yang yang perlu di perhatikan dalam pengunaaan bahan pakan diantaranya
kontinuitas (ketersediaan bahan), kualitas (kadar gizi), ekonomis (harga), dan
kemungkinan adanya faktor pembatas zat racun atau anti nutrisi. Tentunya tidak
serta merta Limbah pertanian dan Agroindusti pertanian di sekitar kita langsung
bisa di berikan pada ternak,ada bahan bahan tertentu yang harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi dampak negative limbah,atau juga
meningkatkan nilai kecernaan dan protein yang kita harapkan.
Berikut
beberapa bahan pakan lokal yang berasal dari Agroindustri pertanian atau limbah
dari industri pengolahan tanaman pertanian.
1. 1. Molases/tetes tebu
Molasses atau tetes tebu
adalah limbah utama industri pemurnian gula yang berasal dari tanaman tebu.
Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya.
Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang
cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6
%; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 %
dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molasses
yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat
kandungan mineralnya cukup tinggi. Mollases dapat diberikan
pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda.
Pada daerah-daerah yang dekat dengan pabrik pembuatan
gula(pengilingan tebu gula) molases mudah didapatkan dengan harga cukup murah.
Pada kasus dilapangan, banyak dijumpai molases yang kental dan agak cair,
dengan harga yang bervariasi, di mungkinkan ada pencampuran air pada molases
yang cair.
2.
Ampas kelapa
Salah satu limbah
dari produksi VCO ini adalah bungkil atau ampas
kelapa, daging kelapa yang dalam pembuatan VCO hanya diambil santan-nya saja
tersebut terkadang hanya dibuang begitu saja. Padahal berat daging kelapa yang
adalah sekitar 34% - 42% dari keseluruhan buah kelapa itu masih mengandung
nutrisi yang berguna bagi ternak, khususnya hewan ruminansia besar. Daging buah
kelapa mengandung 18% protein kasar, 8% lemak, 12%
serat kasar dan sekitar 6,3 - 7 KJg energi yang dapat di metabolis .
Ampas kelapa
juga merupakan limbah pada pembuatan makanan, yang berbahan dasar kelapa, ampas
kelapa gampang sekali menjamur, sehingga untuk menghindari penjamuran (tengik)
saat penyimpanan untuk jangka waktu lama, ampas kelapa dianjurkan untuk menurunkan
kadar airnya terlebih dahulu, dengan cara di jemur dibawah sinar matahari.
3. Kulit kakao/coklat
3. Kulit kakao
Kulit Kakao dapat diberikan pada ternak dalam bentuk segar maupun diolah dahulu menjadi
tepung sebagai bahan pakan. Umumnya kulit buah kakao dimanfaatkan sebagai
persediaan pakan ternak kambing pada musim kemarau. Kulit buah kakao merupakan
limbah agroindustri yang berasal dari tanaman kakao yang umumnya dikenal dengan
tanaman coklat. Komposisi buah kakao terdiri dari 74% kulit, 24% biji kakao dan
2% plasenta. Setelah dilakukan analisis proksimat, kakao mengandung 22% protein
dan 3 – 9% lemak. Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai substitusi
suplemen 5 – 15% dari ransum pada ternak domba dan pada ternak sapi dapat
meningkatkan pbbh 0,9 kg/hari dengan diolah terlebih dahulu. Kulit buah kakao
perlu difermentasi terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin.
Kulit kakao
dapat diolah dengan cara dilakukan fermentasi terlebuh dahulu maupun tanpa
perlakukan fermentasi. Fermentor yang dapat digunakan untuk proses fermentasi
dapat menggunakan Aspergillus Niger. Caranya yaitu kulit kakao dipotong
dan dicincang terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan Aspergillus Niger
dan selanjutnya ditutup dengan karung goni maupun menggunakan plastik. Setelah
kulit kakao terfermentasi kemudian dikeringkan selama 2 – 3 hari untuk kemudian
digiling menjadi tepung sebagai bahan pakan penguat ternak kambing, sapi dan
bahkan dapat dimanfaatkan untuk ternak ruminansia seperti ayam dan babi.
Pengolahan
kulit kakao tanpa fermentasi dilakukan dengan cara memotong dan mencincang
kulit kakao terlebih dahulu, kemudian dijemur dibawah sinar matahari sampai
kering. Setelah benar-benar kering kulit buah kakao ini ditumbuk, kemudian
diayak. Pemberiannya dapat dicampur dengan bahan pakan lain seperti bekatul
maupun jagung giling.
4. Dedak padi
Nutrisi dedak
padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin pengiling,
pemalsuan dedak padi sering terjadi dan akhir-akhir ini mutunya semakin menurun
seiring dengan berkembangnya mesin penghalus (hummer mill). Harga dedak padi
sangat fluktuatif, pada panen raya harga dedak padi sangat murah, dan harga
sangat mahal pada saat tidak terjadi panen raya, pada saat inilah pemalsuan
dedak padi cukup tinggi, dengan penambahan dedak kasar yang di haluskan, tepung
batu kapur, limbah rumput laut, jerami padi yang di haluskan/digiling, sehingga
menyebabkan kandungan gizi dedak padi menurun.
Pada kondisi
normal (tanpa pemalsuan) kualitas dedak padi, mengandung BK 91.26%,PK 9.96%.
dedak padi secara kuantitas dan kontinualitas cukup baik di beberapa tempat,
terutama daerah-daerah sentra padi sehingga dedak padi cukup banyak di gunakan
sebagai bahan pembuatan formulasi pakan sapi.
5. Ampas tahu
Ampas tahu
adalah hasil ikutan dalam proses pembautan tahu/limbah dari pembuatan makanan
tahu, sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan
bisa didapat dengan harga Cuma-Cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas
tahu dapat digunakan sebagai sumber protein dalam penyusunan ransum pakan sapi,
dengan kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Kandungan
ampas tahu yaitu protein 21 %; Lemak 3,79%; air 51;63 % dan abu 1.21 %.
Kandungan air yang tinggi menyebabkan ampas tahu gampang sekali mebusuk, dalam
penyimpanan biasa (tanpa perlakuan khusus) dalam waktu 24 jam, ampas tahu sudah
berlendir dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Untuk penyimpanan Ampas tahu dapat disimpan dalam tong-tong
plastic dengan ditutup rapat dapat bertahan 4-6 hari.
6. Kulit Kopi
Dalam pengelolaan kopi akan dihasilkan
45% kulit kopi, 10% lendir, 5% kulit ari, dan 40% biji kopi. Harga kulit kopi
sangat mudah, terutama pada musim panen raya (Juli-Agustus) Kulit kopi
mempunyai kandungan BK,PK, LK, SK, dan TDN sebesar 91,77%, 11,18%, 2,5%, 21,74%
dan 57,20 %, namun demikian selama ini kulit kopi hanya sebagian kecil
dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian lainnya dibuang atau
dibenamkan dalam tanah untuk digunakan sebagai pupuk organic pada lahan
perkebunan. Salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak
adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14 persen) sehingga tingkat
kecernaannya sangat rendah. Tingkat kecernaan kulit kopi bisa dinaikkan dengan
proses amoniasi yang juga dapat mendongkrak kadar protein dan menghilangkan
aflatoksin.
7.
Onggok/gaplek
Onggok merupakan limbah
padat agro industri pembuatan tepung tapioka, Onggok mempunyai kadar energi
yang tinggi, hampir menyamai jagung akan tetapi rendah protein maupun asam
amino, tergolong karbohidrat yang mudah dicerna. Kendala onggok/gaplek sebagai
bahan pakan adalah rendahnya nilai gizi (protein) dan masih tingginya kandungan
sianida, untuk itu dicari teknik pengolahan yang dapat meningkatkan kandungan
nutrisi dan menurunkan kandungan zat antinutrisi pada onggok. Melalui teknologi
fermentasi dengan Aspergillus niger diharapkan akan meningkatkan nilai gizi
(yang dicarikan antara lain dengan meningkatnya kandungan protein kasar) dan
menurunkan kandungan zat antinutrisi HCN pada onggok terolah. sebelum difermentasi
onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar airnya maksimal
20% dan selanjutnya digiling. Untuk setiap 10 kg bahan baku pakan dibutuhkan 80
gram kapang A. niger dan 584,4 gram campuran mineral anorganik. Sedang
untuk preparasinya adalah sebagai berikut:
10 kg onggok kering giling dimasukkan ke dalam baskom
besar (ukuran 50 kg). Selanjutnya ditambah 584,4 gram campuran mineral dan
diaduk sampai rata. Kemudian ditambah air hangat sebanyak delapan liter, diaduk
rata dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah agak dingin ditambahkan 80
gram A. niger dan diaduk kembali. Setelah rata dipindahkan ke dalam baki
plastik dan ditutup. Fermentasi berlangsung selama empat hari. Setelah
terbentuk miselium yang terlihat seperti fermentasi tempe, maka onggok
terfermentasi dipotong-potong, diremas-remas dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 60 derajat
C dan selanjutnya digiling.
Tabel. Komposisi gizi onggok
Gizi
|
Tanpa ferementasi (%BK)
|
Fermentasi (% BK)
|
Protein kasar
|
2,2
|
18,6
|
Karbohidrat
|
51,8
|
36,2
|
Abu
|
2,4
|
2,6
|
Serat Kasar
|
10,8
|
10,46
|
8.
Tumpi
Jagung
Tumpi jagung merupakan
limbah industri pemipilan/perontokan biji jagung yang ketersediannya cukup
kontinyu dan berlimpah bahkan menjadi masalah dalam penyimpanannya terutama
pada saat musim panen jagung. Jumlah tompi dalam perontokan biji jagung
mencapai 2 %,satu hal yang menjadikan keunggulan tompi untuk sapi adalah tompi
akan mengapung dalam air komboran sehingga pemberian pada unggas (bebek) kurang
disukai, sehingga tompi jagung tidak bersaing dengan kebutuhan unggas seperti
biji jagung. Kandungan BK, PK, LK, SK, dan TDN tumpi jagung berurut-urut adalah
87,38 %, 8,65%, 0,53%, 21,29%, dan 48,47%.
9.
Tepung
Bulu
Bulu ayam
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan alternatif pengganti
sumber protein konvensional seperti bungkil kedele dan tepung ikan. Bulu-bulu
itu dapat pula dimanfaatkan untuk makanan ternak (ruminansia, non ruminansia
dan unggas). Jumlah ayam yang dipotong terus meningkat dari tahun ke tahun
sehingga bulu ayamyang dihasilkan juga meningkat dan sekaligus menimbulkan
permasalahan apabila tidak dikelola dengan baik. Bulu ayam mengandung protein
kasar yang cukup tinggi, yakni 80-91 % dari bahan kering (BK) melebihi
kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan tepung ikan 66,2 %, Sayangnya
kandungan protein kasar yang tinggi tersebut tidak diikuti dengan nilai
biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu
ayam secara in vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai
kecernaan yang rendah tersebut disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas
keratin yang digolongkan ke dalam protein serat. Keratin merupakan protein yang
kaya akan asam amino bersulfur, sistin.Ikatan disulfida yang dibentuk diantara
asam amino sistin menyebabkan protein ini sulit dicerna, baik oleh
mikroorganisme rumen maupun enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca
rumen. Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim, sehingga pada
akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan.
Bulu ayam
digunakan sebagai bahan pakan sumber protein, perlu diolah terlebih dahulu
untuk meningkatkan kecernaannya. Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa Sebagai
makanan ternak tentu saja bulu unggas itu tidak cukup dikeringkan kemudian
digiling, tetapi harus melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu dan
hasilnya inilah yang dinamakan tepung bulu terolah.
Metode
Pengolahan untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Bulu Unggas
- perlakuan
fisik dengan pengaturan temperatur dan tekanan,
- secara
kimiawi dengan penambahan asam dan basa (NaOH, HCL),
- secara
enzimatis dan biologis dengan mikroorganisme dan
- kombinasi
ketiga metode tersebut.
Bulu ayam yang diolah dengan proses
NaOH 6 % dan dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan
64,6 %. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin bulu ayam
hingga 62,9 %. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat merusak asam amino
lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya reaksi kecoklatan
(browning reaction). Kandungan nutrisi tepung bulu terolah tertera pada Tabel 1
di bawah ini.
Tabel
1. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa
Nutrisi
|
Kandungan
|
Protein Kasar
Serat Kasar
Abu
calium
Phospor
Garam
|
85%
0,3 – 1,5%
3,0 – 3,5%
0,20 – 0,40%
0,20 – 0,65%
0,20%
|
110. Limbah Tempe
Tempe adalah salah satu bahan makanan
olahan dari kedelai yang di fermentasi dengan jamur Rhizopus oryzae.
Tempe merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia,
karena itu limbah yang dihasilkan industri pengolahan tempe banyak didapatkan
dan belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan.
limbah tempe, yang telah difermentasi
dengan jamur Aspergillus niger 0,5%
dan bakteri Lactobacillus sp 3%
berhasil meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12, 69% menjadi 15,2%.
dan menurunkan kadar serat kasar dari 44, 61% menjadi 40,1 %.
Tahap Fermentasi
Tepung Limbah Tempe, Limbah tempe dikukus,
kemudian dijemur di
bawah sinar matahari
sampai kering (kadar air paling tidak sekitar 13-14 %). Setelah kering, digiling menjadi
bentuk tepung. Aspergillus niger
dan Lactobacillus sp. digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 0,5 % dan 3 % beserta air steril 30 % dari berat sampel, lalu disemprotkan ke tepung tersebut. Pencampuran dilakukan hingga bahan-bahan homogen, lalu dimasukkan
ke kantong plastik yang ditusuk-tusuk dengan lidi bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari. Setelah
selesai, plastik pembungkus dibuka dan isinya diangin-anginkan, lalu
dikeringkan dengan oven 600 C selama 48 jam
11. Sumber pakan hijauan (Sumber Serat)
Berikut beberapa bahan pakan lokal yang
berada Limbah pertanian atau tanaman pertanian .Kendala pemanfaatan limbah
pertanian adalah pada umumnya memiliki kandungan protein kasar rendah dan
kandungan serat kasar tinggi yang menyebabkan daya cerna menjadi rendah,
Sehingga perlu dilakukan suatu cara untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan
dengan menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan kandungan protein
yakni melalui proses fermentasi. Fermentasi juga berfungsi sebagai salah satu
cara pengolahan untuk pengawetan dan cara untuk mengurangi zat racun yang
dikandung oleh suatu bahan.
1.
Jerami
padi
Jerami padi merupakan limbah pertanian
yang paling potensial dan terdapat dihampir di seluruh daerah di Indonesia
dengan produksi sekitar 52 juta ton bahan kering pertahun. Pemanfaatan jerami
padi sebagai pakan baru mencapai 31-39%, sedangkan yang dibakar atau
dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62%, dan sekitar 7-16% digunakan untuk
keperluan industri. Jerami padi memiliki serat kasar yang tinggi,salah satu
cara untuk mengurangi kandungan serat kasar adalah dengan melalui proses
amoniasi. Amoniasi merupakan suatu cara pengolahan jerami padi secara kimiawi
dengan menggunakan gas ammonia. Manfaat Amoniasi,merubah tekstur dan warna
jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh,warna berubah dari
kuning kecoklatan menjadi coklat tua,meningkatkan kadar protein, serat kasar,
menghambat pertumbuhan jamur, Memusnahkan
telur cacing yang terdapat dalam jerami . Berikut Tabel 2 yang menggambarkan hasil
Analisa Lab Amoniasi urea jerami padi.
Tabel 2.
Jerami
Padi Tanpa Amoniasi
|
Jerami
Padi Teramoniasi
|
|
Protein
kasar (%)
|
3,45
|
6,66
|
Lemak
(%)
|
1,20
|
1,21
|
Serat
Kasar (%)
|
33,02
|
35,19
|
BETN
|
37,27
|
31,76
|
Abu
|
25,06
|
25,18
|
Kandungan
Dinding sel (NDF) (%)
|
79,80
|
75,09
|
Energi
Bruto (GE)(Kcal/kg)
|
3539,48
|
3927,36
|
2.
Jerami
Jenis Kacang-kacangan
Jerami jenis
kacang-kacangan yang sudah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh peternak adalah
jerami kedelai (Protein 8 %, TDN 58,90%), jerami kacang hijau (Protein 23,26 %,
TDN 58,08%),jerami kacang tanah(Protein 12,94%, TDN 62,29%), Jerami kacang
panjang (Protein 12,94%, TDN 62,29%), Jerami kacang Otok (Protein 16,05 %, TDN
48,93%), Jerami Kedelai (Protein 11,96 %, TDN 42,74%), jerami jenis
kacang-kacangan sifatnya lebih enak dibandingkan jerami padi sehingga lebih
disukai oleh ternak.
3. Jerami
Jagung.
Ditinjau dari gizi nya jerami jagung
lebih renah dari jerami kacang-kacangan, tetapi masih lebih baik dibandingkan
nilai gizi jerami padi dan lebih disukai ternak. Dengan kandungan Protein
5,15%, TDN (Total digestibel
Nutrien) 49,54%
5.
Jenis
tanaman lainnya
Limbah pertanian lainnya yang bisa
dimanfaatkan sebagai pakan untuk ternak antara lain, Kulit kacang tanah (Protein 5,77%, TDN
31,70%), Kulit Klenteng (Protein 13,13%, TDN 52,32%), Pucuk Tebu (Protein
5,57%, TDN 55,29%), Daun Ketela Pohon (Protein 16,46%, TDN 37,42%).
Dengan
mengenal dan memanfaatkan beberapa Limbah Pertanian dan Agroindustri Pertanian
Sebagai Sumber Pakan Sapi Potong, diharapkan kita bisa menyusun formula ransum
yang terbaik untuk ternak kita, dengan mempertimbangkan kontinuitas
(ketersediaan bahan), kualitas (kadar gizi), ekonomis (harga).
semoga bermanfaat..amin
ReplyDeletekita juga punya nih artikel mengenai 'Argo industri', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
ReplyDeletehttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2685/1/Kommit2000_informasi_7.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
Terima kasih infonya
ReplyDelete